Berita Politik.com, Jakarta - Sekrtaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Hasto Kristiyanto menilai, dalam debat capres keempat yang digelar Sabtu malam, memperlihatkan karakter kepemimpinan capres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi yang lebih visioner dan membumi dibandingkan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto.
"Dalam tampilan penuh senyum tanpa emosi, Jokowi menerima serangan 13 kali, sementara Jokowi membalas dengan jawaban membumi, dan serangan halus sebanyak tiga kali. Senyuman capres Jokowi penuh harapan, mencari solusi persoalan dan membangun masa depan. Semetara serangan capres Prabowo Subianto hanyalah ilusi persoalan, jebakan masa lalu di Hambalang," ujar Hasto di Kantor DPP PDIP Jakarta, Minggu 31 Maret 2019.
Sekjen PDI Perjuangan itu mencontohkan ketakutan capres Prabowo Subianto terhadap laporan ABS, kekayaan yang hilang ke luar negeri, korupsi stadium 4, kebocoran parah, hingga pertanyaannya lebih memilih menggunakan teknologi lama. Semua hal itu dapat menjadi ilusitrasi bagaimana capres Prabowo Subianto masih terjebak dalam memori masalah masa lalu.
"Dalam mengatasi laporan ABS secara sederhana diatasi dengan ke lapangan, monitoring, evaluasi dan membangun sistim transparansi digital, terapkan teknologi IT. itulah yang dilakukan capres Jokowi," kata Hasto.
Dia juga mengibaratkan, pengunaan teknologi lama yang disampaikan capres Prabowo Subianto seperti kuda, sedangkan teknologi modern yang digunakan capres Jokowi seperti mobil kijang.
"Dengan tidak mengurangi rasa hormat terhadap kegemaran capres Prabowo Subianto memelihara kuda impor, dalm sistim transportasi, maka mobil Kijang dengan daya laju yang melaju begitu besar akan mengalahkan teknologi lama kuda dari Hambalang," ujar Hasto.
Demikian juga halnya dalam politik pertahanan, lanjut Hasto, capres Jokowi percaya pada laporan TNI, membangun kebanggaan terhadap mertabat dan jati dari TNI untuk menguasai dan kembangkan teknologi persenjataan, dan siber.
"Serta memperkuat gelar pasukan di wilayah strategis terluar NKRI adalah pilihan utama dan komitmen pembumian politik pertahanan Jokowi untuk TNI," kata Hasto
Sorotan Militer Dalam Debat Capres
Kekuatan militer Indonesia menjadi sorotan dalam Debat Capres Republik Indonesia putaran 4 yang berlangsung tadi malam, Sabtu 30 Maret 2019. Dalam ajang tersebut, para kondidat dihadapkan pada empat permasalahan yakni ideologi, pertahanan, pemerintahan dan keamanan, serta hubungan internasional.
Dalam sesi debat capres yang membalas bidang pertahanan, capres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi, memilih misi "dalam pengembangan kualitas Sumner Daya Manusia, terutama dalam penguasaan teknologi persenjataan dan siber," hal itu karena, untuk perang yang mungkin terjadi di masa mendatang berbasis teknologi tinggi.
Sementara itu, kandidat presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto berfokus pada peningkatan anggaran untuk pertahanan dan keamanan. Pada sesi debat capres selanjutnya, agaran tidak tertinggal dari negara tetangga.
Sebuah situs Gobal Fire Power ( GFP) menyediakan peringkatan dan analisis kapasilitas militer yang dimiliki oleh 137 negara di dunia. Situs itu mengklaim bahwa analisis didasarkan pada data tahun 2006-2019.
Peringkat itu didasarkan pada potensi kemampuan menciptakan perang baik didarat, laut dan udara yang diperjungkan dengan senjata konvensional. Tidak hanya itu, dalam mendapatkan data akhir, GFP memasukkan pula faktor pendukung lainya misalnya keuangan, geografis, dan sekitar 55 faktor lainnya. Sebagaimana dikutip dari laman Global Fire Power pada Minggu 31 MARET 2019.
0 Komentar